Waktu itu aku sedang belajar membilang namamu.
Belajar menantang tatapan sengak yang dengan acuhnya kau
berikan pada seisi dunia.
Belajar memahami bahasamu yang asing dan tak berima.
Harusnya dulu ku biarkan saja kau kacau, liar, tegar, dan
tak tersentuh.
Biarkan saja humor pahitmu itu mencacah-cacah pembicaraan
kita!
Lebih mudah mengabaikanmu daripada jadi tolol karena
percaya kau punya sisi yang lebih ramah untuk dinikmati.
Aku mengutukimu dan bertaruh dengan diriku sendiri :
Aku akan membelah dan
menemukan intimu, merapalkan kelembutan dan tawa paling merdu di telinganya, dan
memaksamu percaya kau tak perlu jadi sangat menyebalkan untuk terlihat kuat.
Kau tidak perlu terlihat kuat agar
dicintai.
Kesalahan kumulai dari
kau.