Sabtu, 04 Februari 2017

4/2/2017

Lama setelah kau pergi, aku masih memandangi cangkir kopimu;
dingin dan setengah kosong.
Garis – garis hitam ditepinya mengabadikan lekuk bibirmu.
Ku bayangkan bibir itu merekahkan senyum yang ku suka.
Ku bayangkan ia menyimpan tawa dan suaramu lebih baik dari ingatanku.
Di telingaku ia menyanyikan puisi – puisi tentang kita.
Di sudut mataku ia mengecupkan perpisahan.
“Tunggulah,” katanya, “maka waktu akan mempertemukan kita.”
Tapi kau tak pernah kembali.
Rinduku tak juga menepi.
Lama setelah kau pergi, kursimu kosong tak terisi.
Tapi suaramu terdengar dimana – mana.
Di antara riuh kota, di antara gemerisik dedaunan,
Di antara lagu – lagu lama di radio.
Lama setelah kau pergi, aku masih mengerjai hati sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar